Selasa, 04 September 2012

Dirgahayu SCTV, Bagaimana Nasib Buruhmu?

Tepat 24 Agustus, PT. Surya Citra Televisi (SCTV) selalu merayakan ulang tahunya. Kali ini(24 Agustus 2012) SCTV berulang tahun yang ke-22 tahun. Usia yang cukup “matang” buat media besar dan terkenal selevel SCTV.

Mestinya dengan bertambahnya usia, kedewasaan dan kematanganpun bertambah dan kebaikanya menyebar dan dirasakan banyak masyarakat secara luas, ini seiring dengan jargon yang selalu didengungkan oleh SCTV sendiri “satu untuk semua”. Tp apakah hal ini juga berlaku bagi pekerja SCTV?

Ternyata sama sekali tidak, bahkan beberapa waktu yang lalu kita dikejutkan oleh berita yg memilukan, meninggalnya anak seorang pekerja PT. SCTV, gara-gara tidak mampu berobat karena seluruh aksesnya telah ditutup oleh PT. SCTV secara sepihak, termasuk jaminan kesehatan bagi keluarga pekerja (lihat disini).

Bermula dari kebijakan managemen PT. SCTV yang akan “mengalihkan” beberapa pekerja tetapnya menjadi pekerja kontrak pada perusahaan outsourcing. Sebagian, dengan paksaan menerima dan sebagian lagi 42 pekerja bertahan karena terjadi penyimpangan dan melihat banyak keanehan, ketidakadilan yang dilakukan oleh PT. SCTV dalam kebijakan yang tidak populis dan sesat ini.

Hingga akhirnya, PT. SCTV secara sepihak memutuskan menutup semua akses pekerja yang menolak kebijakan tersebut. Akibat dari keputusan tersebut, hingga kini, 42 pekerja tidak bisa bekerja dan seluruh fasilitas termasuk jaminan kesehatan tidak bisa digunakan lagi.

Pekerja sudah mengadukan persoalan ini ke beberapa pihak terkait misalnya Kemenakertans RI, Komnas HAM dan lainya. Namun PT. SCTV ibaratkan tembok besar yang tidak terjamah oleh “tumpul”nya hukum negeri ini. Yang hingga kini, keadilan bagi ke 42 pekerja masih merupakan barang langka.

Selamat ulang tahun PT. SCTV, mungkin hukum di Negara ini memang “lotoy” dan tidak mampu menjamahmu, tapi kami yakin kekuatan kaum buruh akan mampu menghancurkan kesombonganmu, dan tunggu kedatangan kami, karena kami akan datang!

Berselisih dengan PT SCTV, Anak Meninggal Dunia

“Innalillahi wa innalillaho roji’un berita duka cita .. Telah meninggal dunia Putra sdr Darmayanto(SP SCTV) hari ini pada pukul 18.35 WIB semoga rekan kita diberikan kesabaran..”

Demikian pesan singkat (sms) dari ketua umum Serikat Pekerja SCTV Agus Suhanda, yang barusaja ku terima.

Darmayanto (43) adalah scurity di PT. Surya Citra Televisi (SCTV). dia salah satu dari 42 pekerja tetap PT. SCTV yang akan dialihkan menjadi Pekerja kontrak pada perusahaan outsorcing oleh PT. SCTV. Entah dengan alasan apa salah satu perusahaan media terbesar ini berkeinginan mengalihkan karyawanya secara sepihak dan paksa.

Hingga kini, Darmayanto dan kawan2nya masih bertahan dan menolak dialihkan. karena penolakan itulah sejak Juli 2012 kemarin, 42 Pekerja ini seluruh aksesnya di tutup oleh PT. SCTV. Darmayanto dkk tidak boleh lagi masuk keja, dan bahkan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi keluarga dan hak lainya kecuali upah bulanan tidak bisa digunakan lagi alias ditutup.

Tentu dampak dari kebijakan yang tidak adil dan tidak manusiawi tersebut berimbas langsung pada kawan-kawan Pekerja SCTV yang menolak, yang terdiri dari para supir dan petugas keamanan ini. Menurut Eka Rizki, Sekretaris SP SCTV, beberapa keluarga dari teman-teman tidak bisa lagi mereimburge atau mengganti biaya sakit, yang sebelumnya tidak pernah ada masalah. Bahkan yang mengenaskan, istri kawan kami yang Pasca ditutupnya seluruh akses dan fasilitas oleh PT. SCTV di operasi saicar tapi Perusahaanpun menolak menggantinya, demikian juga dengan kawan kami yang lain”, jelas rizki.

Rangga Adji Khoirul Dharma (4th)anak ketiga dari empat bersaudara hasil pernikahan Darmayanto dengan Rohaeni. Sejak Mei 2012 lalu, anak ini memang divonis oleh dokter, menderita penyakit kangker darah atau leukimia. Akibat lilitan ekonomi dan kondisi keuangan keluarga yang minim, maka saat itu diputuskan untuk dibawa pulang ke Sumedang Jawa Barat, rumah orang tua (Nenek dan kakek Almarhum).

Hal demikian semakin sulit bagi Darmayanto, manakala pada Juli 2012 lalu PT. Surya Citra Televisi tidak memperbolehkanya bekerja dengan menutup aksesnya, karena tidak mau menandatangani pengalihan sebagai pekerja kontrak di Perusahaan outsorcing yang ditawarkan oleh PT. SCTV.

Hingga kini PT. SCTV belum menunjukkan itikad baik untuk menyelesaikan perselisihan dengan karyawanya. Meskipun Komnas HAM telah memanggil Direktur Utama PT. SCTV sebanyak tiga kali atas pengaduan Pekerjanya. Pun juga Kementrianakertrans RI melalui suratnya telah memerintahkan pihak Suku Dinas Tenaga Kerja dan Tranmigrasi Jakarta Pusat untuk segera menindak da n memeriksa PT. SCTV manakala terbukti melakukan pelanggaran ketenangakerjaan terhadap karyawanya.

Entah berapa lagi korban yang akan menyusul akibat kedholiman PT. SCTV ini, semoga bulan suci kali ini mampu membuka pintu penyelesaian terbaik bagi semua, khususnya keadilan bagi 42 Pekerja SCTV sesuai dengan slogan perusahaan ini, yaitu satu untuk semua…

Selamat jalan nak, bapakmu adalah salah satu pejuang buruh yang hingga saat ini masih berjuang mempertahankan hak-haknya demi dirimu dan keluarga. Semoga kau mendapatkan tempat terbaik disisiNYA, doakan bapakmu supaya tetap kuat dan bersabar dalam melakoni perjalan dan perjuangan ini. wallohu a’lam

Triomacan2000 VS Tina Talisa: Dugaan Pencucian Uang

JAKARTA: @TrioMacan2000, akun twitter tanpa nama dengan follower lebih dari 100.000, terus saja menebar tudingan melalui kicauannya. Habis Dahlan Iskan, kali ini Tina Talisa, anchor TV, yang kena sasaran.

Kicauan @TrioMacan2000 tentang Tina Talisa tersebut sontak menjadi pembicaraan para penduduk jejaring sosial twitter. Kebanyakan dari follower akun tersebut masih belum percaya atas kicauan @TrioMacan2000.

Akun Tina Talisa, @Tina_Talisa, sendiri tidak terpengaruh dengan kicauan tersebut. Tidak ada tweet dari Tina yang menanggapi kicauan @TrioMacan2000 itu. @Tina_Talisa juga memiliki pengikut di atas 100.000 yaitu 161.403 follower.

Tina Talisa adalah presenter TV One yang hengkang ke Indosiar. Mojang Priangan mantan menantu bekas Ketua Bappenas/Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Paskah Suzetta, ini disebut-sebut akan dicalonkan Partai Demokrat sebagai Calon Wakil Walikota Bandung.

Tak terima dikabarkan menerima dana suap, Tina Talisa melaporkan sejumlah media ke Dewan Pers siang ini Rabu 29 Agustus 2012. Dia dengan tegas membantah berita yang dibikin sejumlah media tersebut.

Melalui akun twitternya, Dewan Pers menyampaikan pihaknya melalui para anggota yaitu Agus Sudibyo, Uni Lubis dan Ridlo Eisy menerima kedatangan Tina Talisa.

"Tina adukan harian Kompas, Rakyat Merdeka, Berita Kota, Warta Kota," ujar akun @dewanpers

Sejam yang lalu, akun @Tina_Talisa membuat status: "Hai FITNAH, apa kabar? Selamat datang ya, semoga kita akan berpisah segera dan kau diganti dgn datangnya kebenaran :)"

Sebelumnya wanita yang dikabarkan bakal diusung Partai Demokrat sebagai calon Wali kota Bandung ini, disebut-sebut oleh @TrioMacan2000, akun twitter tanpa nama dengan follower lebih dari 100.000. Sang presenter cantik itu diduga menerima aliran dana dari mantan Wakil Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR asal Demokrat Mirwan Amir. Hal tersebut disinyalir merupakan upaya untuk menyamarkan aset hasil korupsi.

Seperti dilansir Antara baru-baru ini, terdakwa kasus suap Wisma Atlet Sea Games Mindo Rosalina Manulang dalam kesaksiannya menyebut Ketua Banggar DPR-RI Mirwan Amir sebagai "Big Boss" dalam kasus suap dengan terdakwa Muhammad Nazaruddin.

Mendapatkan tuduhan negatif tersebut, Tina Talisa menjawabnya lewat kicauan di twitter.

Tina Talisa ?@Tina_Talisa: "The tide is high but I'm holding on... *singing."

Tina Talisa ?@Tina_Talisa: "Tahu sedikit sehingga merasa paling tahu, padahal Yang Maha Mengetahui yang tahu..what doesn't kill you makes you stronger.. :)"

Tina Talisa Tina Talisa ?@Tina_Talisa: "Kalau ngga tahu sebaiknya memang nanya..drpd sok tahu dan akhirnya memfitnah..semoga kita semua dijauhkan dari memfitnah dan difitnah.. :)"(api)

Senin, 03 September 2012

Bawa Buku Tabungan, Tina Talisa Bantah Aliran Dana

JAKARTA, KOMPAS.com — Tina Talisa membantah ada aliran dana Rp 120 juta dari mantan pimpinan Banggar DPR, Mirwan Amir, ke rekening pribadinya. Hal tersebut diungkapkan Tina dalam surat pengaduan kepada Dewan Pers di Jalan Kebun Sirih, Jakarta Pusat, Rabu (29/8/2012) siang tadi.

Tina mengadu ke Dewan Pers karena merasa nama baiknya dicoreng oleh pemberitaan beberapa media masa, yang menyebut dirinya menerima aliran dana 120 juta dari mantan Bangar DPR, Mirwan Amir. Empat media yang dituntut Tina itu adalah Kompas, Rakyat Merdeka, Berita Kota, dan Warta Kota.

"Tidak ada satu pun rekening-rekening tersebut yang menunjukkan adanya aliran dana sebesar Rp 120 juta atau jumlah berapa pun dan pada waktu kapan pun dari mantan pimpinan banggar DPR, MA, seperti disebutkan dalam pemberitaan beberapa media," jelas Tina Talisa di Dewan Pers.

Dalam surat pengaduan yang ditandatangani atas namanya, Tina menuliskan berbagai pemberitaan tersebut tidak ada usaha konfirmasi dari media bersangkutan kepada dirinya. Karena itu, dia beranggapan, apa yang ditulis dalam berita itu telah melanggar kode etik jurnalistik.

Berikutnya, Tina menilai substansi berita-berita itu dianggap telah mencemarkan nama baiknya dan tidak dibuat berdasarkan fakta alias bohong. Untuk membuktikannya, Tina menyerahkan bukti data rekening tabungannya di Bank Mega, Bank BCA, Bank Mandiri, dan Bank HSBC Amanah.
Tina berharap media-media tersebut meralat sekaligus membuat permintaan maaf atas kesalahan pemberitaan tersebut.

"Sesuai amanat UU Pers No 40 Tahun 1999 dan KEJ, saya berharap Dewan Pers meminta media-media tersebut meralat dan meminta maaf atas kesalahan pemberitaanya," tegas Tina Talisa.
Anggota Dewan Pers bidang Pengaduan Masyarakat dan Penegakan Etika Agus Sudibyo menjelaskan, laporan itu terkait berita-berita yang menyebutkan ada aliran dana ke rekening Tina.

"Cukup lengkap diberikan kutipan-kutipannya. Dewan Pers akan mempelajari dan mencoba mempertemukan, verifikasi termasuk penyelesaian," katanya.

Menurut Agus, media yang memberitakan Tina Talisa tidak melakukan konfirmasi kepada yang bersangkutan. "(Pemberitaan) keempat media ini tidak mengandung konfirmasi, itu penting. Ini menyangkut nama baik orang itu," imbuhnya.

Atas pengaduan ini, Dewan Pers, lanjut Agus akan melakukan mediasi dengan menggelar pertemuan dengan pihak-pihak yang diadukan. "Kami baru terima pengaduan jadi belum memeriksa. Kami akan beri kesempatan kepada media-media itu untuk klarifikasi," ujarnya.

Agus mengatakan, Dewan Pers akan melakukan klasifikasi terlebih dulu terhadap pelaporan itu sebelum melakukan mediasi. "Selasa depan, baru mediasi," pungkasnya.

Dikaitkan dengan Mirwan Amir, Tina Talisa Stress

TEMPO.CO, Jakarta - Pembawa berita Televisi Indosiar, Tina Talisa mengaku tertekan lantaran dituding menerima duit panas dari sang kakak ipar yang juga mantan Pimpinan Badan Anggaran DPR, Mirwan Amir. Tina dituding menerima duit sekitar Rp 120 juta dari Mirwan.

"Jujur seperti bom, seperti tsunami bagi saya. Tidak ada angin tidak ada hujan, saya tidak pernah tahu dan tidak terlibat apa-apa, tiba-tiba disebut terima uang dugaan korupsi mantan pimpinan Banggar," kata Tina saat bertemu dengan Tempo di sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta Selatan, Rabu 29 Agustus 2012.

Tina yang mengenakan blazer dan rok selutut warna hitam ini mengaku pertama kali mencium berita tak sedap sejak Jumat, 24 Agustus 2012. Saat itu muncul berita ini di sebuah akun Twitter salah satu media ternama Indonesia.

Terlebih berita ini juga berimbas pada media Televisi tempat Tina bekerja. Menurut Tina, berita ini mengganggu kredibilitas dia sebagai pembawa berita. "Kalau di layar kaca saya membawakan berita, kan ada masyarakat yang menganggap saya terlibat korupsi juga," kata dia.

Pada kesempatan itu, Tina juga membantah tudingan menerima sejumlah duit dari sang kakak ipar, Mirwan Amir. Nama Tina disebut menerima beberapa kali kiriman duit dari rekening Mirwan senilai hampir Rp 120 juta dari bulan Mei-Juni 2011.

Soal dugaan kiriman duit ini, suami Tina, Amrinur Okta Jaya juga ikut ''menginterogasi'' dirinya. "Dia sempat tanya, apa uang yang saya kirim ya? Emang kenapa kalau uang yang saya kirim kan dari uang saya, bukan uang dari abang saya," ujar Tina menirukan ucapan Okta.

Suami Tina Talisa: Mobil Range Rover dan Mercedes Saya Beli dengan Uang Saya

Jakarta Suami Tina Talisa, Amrinur Okta Jaya, buka suara mengenai status 2 mobil mewah, Range Rover dan Mercedes, yang disebut-sebut milik Mirwan Amir, mantan pimpinan Banggar DPR. Menurut Okta, dua mobil itu merupakan miliknya, bukan milik Mirwan, kakak kandungnya. Okta membeli dua mobil itu dengan uangnya sendiri.

Penjelasan ini disampaikan Okta saat menemani Tina Talisa bertemu detikcom di Senayan City, Jakarta Selatan, Jumat (31/8/2012). Okta buka suara karena dua mobil yang dibeli atas nama dirinya itu disebut oleh pemberitaan media massa terkait dugaan pencucian uang Mirwan Amir.

Mobil Mercedes Benz C-Class 200 Okta beli dengan harga Rp 575 juta. Okta mengaku membelinya secara kredit dengan leasing atas nama Mirwan Amir. "Beberapa saat kemudian, mobil itu saya lunasi. Dan pada Mei 2011, mobil tersebut saya jual," kata Okta yang saat itu mengenakan baju batik warna cokelat.

Sedangkan mobil Range Rover dibeli Okta pada Januari 2011 dengan harga Rp 2,1 miliar. Okta membeli mobil ini juga secara kredit dengan leasing atas nama Mirwan Amir. "Tapi belinya pakai uang saya, dengan uang muka Rp 1,6 miliar. Sisanya Rp 500 juta dikredit, sampai sekarang belum lunas," ujar Okta.

Karena leasing atas nama Mirwan, menurut Okta, maka pembayaran uang cicilan Rp 25 juta per bulan juga dilakukan lewat Mirwan. "Tapi, sebenarnya uang yang dipakai untuk membayar adalah uang saya," kata Okta yang sejak tahun 1994 berprofesi sebagai pengusaha. Okta membantah bahwa pembelian mobil Mercedes dan Range Rover menggunakan uang yang ditransfer Mirwan.

Saat ditanya mengapa leasing menggunakan nama Mirwan, Okta mengaku ada alasan pribadi yang bisa dipertanggungjawabkan. Tapi dia menolak menjelaskan lebih detil. Yang jelas, kata Okta, pembelian mobil dengan leasing atas nama Mirwan juga pernah terjadi pada 2002-2003. "Jadi, ini biasa hubungan kakak-adik dan saya pernah melakukan hal yang sama pada 2002-2003 jauh sebelum abang saya jadi anggota DPR," kata dia.

Okta juga menegaskan bahwa pembelian mobil Range Rover dan Mercedes tak ada sangkut pautnya dengan Tina. "Mobil Range Rover itu saya beli pada Januari 2011, sebelum saya dan Tina berpacaran. Saya mulai berpacaran dengan Tina bulan Februari 2011. Sedangkan mobil Mercedes saya beli lebih lama lagi," jelas dia.

Pada kesempatan itu, Tina juga mengaku dirinya baru mengetahui bahwa suaminya memiliki mobil Range Rover. "Saya baru tahu suami saya punya mobil Range Rover setelah ada pemberitaan. Suami saya baru cerita. Selama ini saya memang tidak pernah menanyakan harta suami saya, kecuali harta yang didapatkan setelah menikah. Kami menikah pada pertengahan Juli 2011," tegas dia.

Ketika didesak bahwa alasan tidak mengetahui mobil Range Rover itu bisa saja diragukan publik, Tina menegaskan bahwa kenyataannya memang begitu. "Kami hidup di apartemen dan saya tidak pernah melihat mobil lain milik suami, kecuali yang saya pakai," jawab Tina yang mengaku belum pernah sama sekali menaiki mobil Range Rover milik suaminya itu. Sehari-hari Tina menaiki mobil Vellfire.

Sementara itu, mengenai keberadaan mobil BMW X3, Okta mengaku tidak pernah memiliki mobil seharga Rp 570 juta itu. "Saya tidak punya mobil itu," bantah dia.

Irwan Nugroho - detikNews

Tina Talisa Laporkan 4 Media ke Dewan Pers

JAKARTA, KOMPAS.com — Presenter Tina Talisa, Rabu (29/8/2012), mengadukan empat media massa ke Dewan Pers terkait pemberitaan yang menurut dia telah mencemarkan nama baiknya. Empat media itu adalah Kompas, Rakyat Merdeka, Berita Kota, dan Warta Kota.

"Saya bermaksud mengadukan harian Kompas, Rakyat Merdeka, Berita Kota, dan Warta Kota atas pemberitaan yang mencemarkan nama baik saya," jelas Tina dalam surat pengaduannya kepada Ketua Dewan Pers, Bagir Manan.

Oleh keempat media ini, disebutkan adanya dugaan aliran dana terkait korupsi ke rekening Tina Talisa. Berdasarkan surat pengaduan Tina Talisa, pemberitaan yang mencoreng nama baiknya itu dimuat dalam Kompas edisi 28 Agustus 2012, Harian Rakyat Merdeka edisi 28 Agustus 2012, Berita Kota 29 Agustus 2012, dan Warta Kota edisi 29 Agustus 2012.

Dalam surat pengaduannya, Tina menyesalkan pemberitaan yang mengaitkan namanya dalam kasus korupsi. "Pemberitaan yang mengaitkan nama saya tersebut sama sekali tanpa usaha konfirmasi sebagaimana diamanatkan dalam kode etik jurnalistik," tegasnya.

Anggota Dewan Pers Bidang Pengaduan Masyarakat dan Penegakan Etika Agus Sudibyo membenarkan pengaduan Tina Lisa kepada Dewan Pers. "Saudara Tina Talisa, atas nama pribadi mengajukan pemberitaan di empat media, Kompas, Rakyat Merdeka, Berita Kota, dan Warta Kota," ujarnya seusai menerima pengaduan di Gedung Dewan Pers, Jakarta.

Agus menjelaskan, laporan itu terkait berita-berita yang menyebutkan ada aliran dana ke rekening Tina. "Cukup lengkap diberikan kutipan-kutipannya. Dewan Pers akan mempelajari dan mencoba mempertemukan, verifikasi termasuk penyelesaian," katanya.
Menurut Agus, media yang memberitakan Tina Talisa tidak melakukan konfirmasi kepada yang bersangkutan. "(Pemberitaan) keempat media ini tidak mengandung konfirmasi, itu penting. Ini menyangkut nama baik orang itu," imbuhnya.

Atas pengaduan ini, Dewan Pers, lanjut Agus, akan melakukan proses mediasi dengan menggelar pertemuan dengan pihak-pihak yang diadukan.

"Kami baru terima pengaduan, jadi belum memeriksa. Kami akan beri kesempatan kepada media-media itu untuk klarifikasi," ujarnya.

Agus mengatakan, Dewan Pers akan melakukan klasifikasi terlebih dulu terhadap pelaporan itu sebelum melakukan mediasi. "Selasa depan, baru mediasi," pungkasnya.